Cerita Dewasa : Mereka Telah Melumuri Malam

Diposting oleh jin kura kura on Jumat, 26 Oktober 2012
Kumpulan cerita dewasa,cerita hot,cerita panas,cerita sex dari dekilbugil.blogspot.com yang mungkin bisa hilangkan rasa sepi pembaca sekalian semua terangkum dan terupdate disini.
 

berikut update cerita dewasa,tante bugil,abg bugil,toket,memek kali ini adalah Cerita Dewasa : Mereka Telah Melumuri Malam.Selamat Menikmati.


Cerita Dewasa : Mereka Telah Melumuri Malam
“Sudah, kamu kemari saja!” seru Lani di telepon. Kejanggalan pada suara Lani membuat Rei bergegas menghampiri apartemen perempuan itu. Cara bercerita Lani yang kacau bikin Rei khawatir. Mobil ia lajukan dengan cepat, meninggalkan kantornya. Padahal malam itu harusnya ia begadang. Lembur, mengejar tengat waktu terbit majalah tempat ia bekerja.

Setelah menutup telepon, Lani sudah tak dapat mengendalikan lagi engahnya. Vaginanya sudah sangat basah, dan ia begitu menginginkan batang pen|s Rei di dalam situ. Kejadian sepulang kerja tadi telah membangunkan makhluk nakal di sela selangkanya. Kejadian yang jarang terjadi bahkan di kota seliar Jakarta.
Ingatannya terus tertuju pada kejadian di gerbong kereta itu. Saat itu Lani melangkah pulang. Kaki indahnya melenggang melewati barisan pertokoan, terus menuju stasiun kereta. Ia kemalaman akibat menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk di kantornya, menyebabkan ia naik kereta terakhir yang melewati kawasan apartemennya. Kereta terakhir, kereta AC yang datang jam setengah sebelas malam.
Malam itu, kereta terakhir hari tetap padat sebagaimana kereta-kereta yang mengangkut para pekerja pulang sore hari. Lani melangkah masuk setelah pintu otomatis terbuka.

Di antara tubuh beraneka rupa, diantara bebauan yang bercampur dalam hirupnya, dalam kereta itu Lani terhimpit bermacam manusia. Ia kesulitan untuk melindungi dadanya yang besar. Pergerakan orang yang saling berhimpitan di dalam kereta membuat tubuh molek itu beberapa kali bergesekan dengan orang di sekitarnya.
Andai saja Lani tak memiliki nafsu yang tinggi, tentulah hal itu jadi biasa. Faktanya, Lani adalah perempuan muda dan ia punya birahi sedang tinggi-tingginya. Di antara himpitan itu, ia merasakan putingnya mengeras. Dadanya semakin sensitif, sedangkan kedua tangannya tak dapat ia pakai untuk melindungi daerah sensitifnya itu. Kedua tangannya terjulur ke atas, menggenggam erat pegangan kereta. Tas bawaannya ia biarkan terjulur di bawah ketiaknya. Ia terlanjur mengambil posisi demikian dan karena kereta terlampau padat. Kini ia tak dapat menurunkan tangannya.

Di sela keramaian yang menghimpit, tiba-tiba hinggap tangan jahil di pantatnya, mengelus pelan. Awalnya Lani terkejut, namun tak lama ia terhanyut juga oleh usapan tangan yang pelan, pelan dan merangsang. Sentuhan yang membuat sensasi gelenyar sampai ke tulang punggungnya. Dadanya berdegup kencang. Saat itu ia sudah tak lagi berpikir jernih. Matanya terpejam. Stimulasi di dada dan pantatnya menyerang sekujur tubuhnya. Lani diam-diam menikmati sentuhan itu. Liang di sela pahanya basah.

Unngh…! Ia mendengar lenguhan perempuan tak jauh dari tempat ia berdiri. Ia jadi menerka-nerka apa yang sedang berlangsung di dekatnya. Imajinasinya bertualang seperti anak kecil yang bermain di pasar malam.

Tak lama berselang perempuan yang tadi kembali melenguh. Kali ini lenguhannya agak pelan namun semakin sering. Dalam hati ia bertanya-tanya, mungkinkah mereka sedang...ah, kepala Lani melayang-layang dibuatnya.

Sementara itu tangan yang merangsang pantatnya mulai berani. Bagian belakang roknya sudah terangkat, lalu tangan jahil itu bermain-main di permukaan celana dalamnya. Tak perlu waktu lama bagi si pemilik tangan itu untuk menyadari tetes cairan yang membasahi celana dalam Lani. Jemari jahil itu pun menyusup ke sela celana dalam. Pelan, pelan dan merangsang. Bikin lani mengerjapkan matanya dan melenguh pelan.

Sms masuk ke telepon genggamnya. Dari Rei. Isinya bilang kalau ia sedang mencari tempat parkir dan akan segera bergegas menemuinya, juga menanyakan apakah semua baik-baik saja.

Bayangan Lani langsung tertuju pada Rei. Di benaknya kekasihnya bergegas dari tempat parkir, tanpa pakaian. Badan ramping liat dibalut kulit kecoklatan, dengan wajah tampan khas Bali. Pantatnya yang kencang terlihat dari segala penjuru. Lalu penisnya…Lani membayangkan pen|s yang keras mengacung sepanjang Rei berjalan di sepanjang koridor apartemen.

Terdengar ketuk di pintu. Lani menghampiri pintu tanpa mengenakan celana, ia hanya mengenakan kaus ketat tanpa bra. Pintu dibuka. Rei terhenyak sejenak, namun dengan sigap ia langsung masuk ke dalam permainan.

Lani menggenggam pen|s itu; menuntun Rei menjauhi pintu depan; menuju sofa di tengah rumah; menuju liang selangkanya yang minta kenikmatan.

Di atas sofa mereka bergumul. Masing-masing mengulum cium. Tangan ramping Lani menanggalkan kaos yang ia kenakan, kemudian dengan gesit melucuti kemeja, melepas gesper, membuka ritsleting celana, dan memelorotkan celana dalam Rei. Lalu tangannya mulai meraba punggung, pantat, biji dan batang pen|s lelaki itu. Nafas Lani terengah-engah, menahan nafsu yang hendak meledak dari dalam kepalanya.
Lani. sudah kelewat meleleh, hingga tidak perlu foreplay panjang-panjang. Ia memunggungi lelaki itu, lalu menghempaskan pantatnya yang bulat ke atas pen|s Rei yang mengacung ke atas. Lubang vaginanya sudah sangat basah, benda keras itu dengan mulus meluncur ke dalam selangkangannya. Terdengar bunyi becek saat kedua paha mereka menyatu.

Ia terhenti sejenak, menikmati denyut pelan dari batang pen|s Rei yang menimbulkan rasa nikmat tersendiri. Lalu ia mulai menggerakkan pantatnya perlahan. Rei melenguh pelan.

Keringat mengucur deras menuruni lekuk punggungnya. Sofa yang mereka duduki basah kena kerngat. Gerakannya semakin cepat. Wajah Lani memerah dan tegang. Matanya menyipit. Sesekali ia memutar pantatnya sehingga vaginanya teraduk-aduk oleh batang sekeras kayu yang sekarang berada dalam cengkeraman pangkal pahanya. Saat ini, vaginanya bagai mulut lapar yang melahap makanan dengan serakah. Cairan licin miliknya berleleran dari sela-sela batang pen|s, paha, terus ke pantat Rei. Detak jantung semakin cepat, gerakannya semakin cepat. Lani semakin bergairah.

Posisi Rei yang berada di bawah punggung Lani memperlihatkan pemandangan pahatan yang indah. Punggung yang meliuk-liuk liar dipangkuannya semakin membakar gairahnya untuk memompa pen|s dengan semakin kuat. Rambut ikal panjang Lani berayun ke kiri dan kanan, seakan berkata padanya, “ayo, hujam lebih dalam lagi, lebih cepat, lebih kuat…” Dalam hati Rei senang sekali dengan tingkah Lani malam itu. Perempuan di pangkuannya makin sering mengeluarkan erangan-erangan di sela liukan pantat yang bulat indah.

“Unnnghh!” Lani meleguh keras. Badan perempuan itu menegang. Sesaat kemudian lenguhannya berhenti, diganti kesunyian yang menyingkap remasan keras pada batang pen|s. Sedetik kemudian, tubuhnya kembali menegang, kali ini disertai erangan pelan dari mulutnya. Lani menungging, meluruskan punggung sambil menopang badannya dengan kedua tangan di atas lutut. Setelah tubuhnya kembali ia kuasai, perempuan itu tetap diam, menikmati denyut batang pen|s Rei dalam remasan vaginanya.

“Lan, aku…” Sebelum Rei selesai berucap, Lani membungkam mulutnya. Perlahan ia mengangkat pangkal paha-nya. Terdengar bunyi becek saat kedua kelamin mereka berpisah.

Ia berbalik menghadap Rei. Mereka bertatapan, mata Lani nyalang. Lani berlutut di hadapan Rei, lalu direntangkan lebar-lebar kedua paha lelaki itu.

Lani mendekatkan wajahnya ke pen|s yang memerah dan basah oleh cairan vaginanya. Lidahnya menari-nari di ujung kepala pen|s yang memerah, lalu menjelajah setiap inci batang keras itu. Lani berhenti sejenak di dekat kantung sperma, lalu menghirup aromanya dalam-dalam dan menjilatinya. Kemudian ia mencium kepala pen|s Rei dengan bergairah, sesaat kemudian bibirnya merenggang, memberi jalan masuk pada batang itu ke dalam mulutnya. Dikulumnya pangkal pen|s sekeras kayu. Seakan hendak menelannya, batang sepanjang tujuh inci dengan mulus masuk seluruhnya. Bagai sedang dilanda lapar hebat, ia menikmati setiap kali pen|s itu meluncur ke dalam kulumnya. Tak lama, Rei mulai mengerang. Erangan itu semakin lama makin kuat. Lani mengangankan cairan panas itu dalam mulutnya. Seiring dengan pikiran itu lidahnya makin menjelajah batang pen|s, hingga kemudian… “Laanii!” Rei mengerangkan namanya berbarengan dengan membuncahnya air mani di dalam mulut Lani.

*****

Pagi datang. Rei sudah pergi, bergegas kembali ke kantor meneruskan lemburnya. Senyum tersungging di bibir Lani. Ia bangun, membungkus tubuhnya dengan selimut, lalu melangkah ke balkon. Hangat matahari membelai wajahnya. Ia tersenyum, menyambut hari yang baru saja mekar.

{ 0 komentar... read them below if any or add comment }

Posting Komentar

 
FASTSEO - SEO Friendly Blogger Template Design by Tutorial SEO Blogspot